Halaman-halaman web yang sedang kita lihat sekarang ini sebenarnya adalah sekumpulan file yang kita buka melalui internet menggunakan browser (misalnya Internet Explorer) di komputer kita. Mungkin kita pernah ‘save as’ sebuah halaman web dan menyimpannya di komputer kita. Kemudian suatu saat kita membukanya kembali. Mengklik nama file tersebut dan tiba-tiba kita sudah bisa melihat isinya di browser, di mana di bagian address bar yang terpampang adalah alamat file di komputer kita, seperti C:\Document & Settings\… dst. Lalu bagaimana dengan halaman-halaman atau file-file yang kita buka melalui internet?
Pada dasarnya tidak jauh berbeda. Kalau kita membuka halaman website dari file yang kita simpan di komputer kita sendiri, maka alamatnya adalah C:\… karena file tersebut terletak di komputer kita dengan alamat C:\… atau di hard disk C:\… Tapi kalau di internet alamatnya adalah berupa nama domain, misalnya http://rinto.wordpress.com. Artinya file-file kita berada di sebuah komputer yang memiliki alamat tersebut.
Http://rinto.wordpress.com adalah nama domain dan komputer tempat menyimpan file-file tersebut adalah hosting. Sementara website adalah sekumpulan file yang disimpan di sebuah hosting yang saling terhubung satu sama lain menggunakan link-link yang terdapat di dalamnya. Dan file-file tersebut dapat dibuka dari seluruh dunia menggunakan alamat domain.
Lalu bagaimana caranya menempatkan sebuah website di sebuah hosting sehingga bisa diakses menggunakan nama domain yang kita inginkan?
Pertama, kita harus mencari dan memilih sebuah tempat hosting, atau tempat untuk meletakkan website kita. Saat ini banyak yang menawarkan jasa sewa hosting dan yang gratis juga banyak. Nanti kalau kita sudah terdaftar di hosting tersebut, kita akan memperoleh petunjuk bagaimana cara menempatkan file-file kita di hosting tersebut.
Lalu bagaimana dengan nama domain? Begini, sebenarnya komputer-komputer yang terhubung ke internet itu, yang salah satunya akan kita pakai sebagai tempat hosting, tidak memiliki alamat domain seperti yang kita bayangkan. Komputer-komputer tersebut hanya memiliki alamat berupa nomor IP, seperti 222.124.226.13. Jadi, kalau kita memiliki website yang berada di komputer tersebut, nomor IP itulah yang seharusnya kita ketikkan di browser kalau ingin membukanya.
Jadi, kalau kita membeli sebuah alamat domain, seperti misalnya www.fabertechnology.com (sebenernya sih menyewa, karena alamat domain itu tidak bisa dimiliki permanen oleh seseorang dan harus menyewa dengan biaya pertahun) maka oleh pengelola domain alamat tersebut akan dipetakan ke komputer yang menyimpan file-file website kita. Sehingga kalau ada yang membuka alamat www.fabertechnology.com maka ia bisa langsung mengakses website kita.
Jadi ketika seseorang yang membuka sebuah alamat domain, misalnya www.fabertechnology.com, maka yang pertama dilakukan oleh browser adalah mencari di internet di mana alamat sebenarnya (alamat IP) dari alamat domain tersebut. Setelah ditemukan, baru kemudian browser mendapatkan file dari komputer hosting tempat menyimpan website tersebut.
Maka, jangan salah sangka kalau ada anggapan bahwa website dengan domain .co.id bisa lebih cepat diakses daripada website dengan domain .com. Karena website dengan domain .co.id juga bisa dihosting di komputer yang lokasinya jauh di luar negeri. Dan semakin jauh jarak pengakses dengan lokasi hosting, tentu mempengaruhi kecepatan aksesnya.
Sumber :
http://rinto.wordpress.com/2007/05/19/apa-itu-website-hosting-dan-nama-domain/