Sabtu, 30 Oktober 2010

Perubahan Kata Baku dan Sering Digunakan Dalam Penulisan dan Percakapan Sehari-hari

"Perubahan kata-kata baku yang terbaru yang sering digunakan dalam penulisan dan percakapan." Entahlah, apa setiap kita berkomunikasi harus saling menilai, "bahasa yang Anda gunakan tidak baku."

Alangkah sia-sia bila itu terlalu diperhatikan saat percakapan bersama teman-teman. Namun, kita pun juga tak bisa membedakan dengan cepat, yang mana baku dan tidak baku. kalau hanya lewat percakapan singkat sehari-hari. Baik penulisan dan percakapan kata baku atau tidaknya (non baku) tak ada perbedaan bagi orang Awam. Yang saya pikir sebagai orang awan tak ada bedanya. Sama saja...

Sejujurnya, sampai saat inipun. Saya tak bisa membendakan penulisan atau percakapan ini kata baku atau tidak baku. Sebaiknya terlebih dulu saya sadari lebih dulu ciri-ciri Bahasa Indonesia yang Baku. Pengembangan ragam bahasa baku memiliki tiga ciri atau arah, yaitu:
1. Memiliki kemantapan dinamis yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Di sini, baku atau standar berarti tidak dapat berubah setiap saat.
2. Bersifat kecendikiaan. Sifat ini diwujudkan dalam paragraf, kalimat, dan satuan-satuan bahasa lain yang mengungkapkan penalaran dan pemikiran yang teratur, logis dan masuk akal
3. Keseragaman. Di sini istilah “baku” dimaknai sebagai memiliki kaidah yang seragam. Proses penyeragam bertujuan menyeragamkan kaidah, bukan menyeragamkan ragam bahasa, laras bahasa, atau variasi bahasa.

Ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan kebakuan kalimat, antara lain:
1. Pelesapan imbuhan, misalnya “Kita harus hati-hati dalam menentukan sample penelitian ini” (seharusnya “berhati-hati”).
2. Pemborosan kata yang menyebabkan kerancuan atau bahkan kesalahan struktur kalimat, misalnya “Dalam rapat pimpinan kemarin memutuskan susunan pengurus baru” (kata dalam dapat dibuang).
3. Penggunaan kata yang tidak baku, termasuk penggunaan kosakata bahasa daerah yang belum dibakukan. Contoh, “Percobaan yang dilakukan cuma menemukan sedikit temuan” (Cuma diganti hanya).
4. Penggunaan kata hubung yang tidak tepat, termasuk konjungsi ganda, misalnya ”Meskipun beberapa ruang sedang diperbaiki, tetapi kegiatan sekolah berjalan terus.” (konjungsi tetapi sebaiknya dihilangkan karena sudah ada konjungsi meskipun).
5. Kesalahan ejaan, termasuk penggunaan tanda baca.
6. Pelesapan salah satu unsur kalimat, misalnya ”Setelah dibahas secara mendalam, peserta rapat menerima usul tersebut” (subjek anak kalimat ‘usul tersebut’ tidak boleh dilesapkan).

Dan untuk lebih jelas lagi:
1. Pemakaian awalan me- dan awalan ber- secara ekpilisit dan konsisten.
Misalnya:
Bahasa baku
- Gubernur meninjau daerah kebakaran.
- Pintu pelintasan kereta itu kerja secara otomatis.

2. Pemakaian kata penghubung bahwa dan karena dalam kalimat majemuk secara ekspilisit. Misalnya:
Bahasa Baku
- Ia tidak tahu bahwa anaknya sering bolos.
- Ibu guru marah kepada Sudin, ia sering bolos.

3. Pemakaian pola frase untuk peredikat: aspek+pelaku+kata kerja secara konsisten. Misalnya:
Bahasa Baku
- Surat anda sudah saya terima.
- Acara berikutnya akan kami putarkan lagu-lagu perjuangan.
Bahasa Tidak Baku
- Surat anda saya sudah terima.
- Acara berikutnya kami akan putarkan lagu-lagu perjuangan.

4. Pemakaian konstruksi sintensis. Misalnya:
Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
- anaknya - dia punya anak
- membersihkan - bikin bersih
- memberitahukan - kasih tahu
- mereka - dia orang

5. Menghindari pemakaian unsur gramatikal dialek regional atau unsure gramatikal bahasa daerah. Misalnya:
Bahasa Baku
- dia mengontrak rumah di Kebayoran lama
- Mobil paman saya baru
Bahasa Tidak Baku
- Dia ngontrak rumah di Kebayoran lama.
- Paman saya mobilnya baru.

contoh kata Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
- atap - atep
- menggunakan - menggaken
- pendidikan - pendidi’an
- kalaw - kalo,kalo’
- habis - abis
- dengan - dengen
- subuh - subueh
- senin - senen
- mantap - mantep
- pergi - pigi
- hilang - ilang
- dalam – dalem

Sumber:
http://blog.bahtera.org/2010/01/beberapa-ciri-bahasa-indonesia-baku/
http://anaksastra.blogspot.com/2009/03/analisis-bahasa-baku-dan-non-baku-dalam.html

Rabu, 13 Oktober 2010

“Mau Membuat Robot?”


Kini perkembangan teknologi begitu pesat perkembangannya, sehingga manusia menjadi lebih mudah menyelesaikan pekerjaannya. Itu mungkin saja tujuan diciptakannya Robot yang saya ketahui sejauh ini. Namun, bagaimana Robot diciptakan untuk mengantikan peranan manusia bukan hanya membuat perkerjaan jadi lebih mudah dan cepat, tapi menjadikan manusia raja dimuka bumi ini. Nah mungkin dimasa depan uman manusia digantikan aktifitasnya oleh Robot-Robot.

Saya tahu diri juga lho... kemampuanku nggak sampai disana. Tapi kalo berandai-andai, ada niat juga sampai kesana. Menciptakan rancangan Robot yang dibuat untuk mempermudah manusia menjalankan kegiatan hariannya. “Tapi Robot yang seperti apa ya?” Maaf banget nich, sekarang ternyata otakku yang encer ini belum sampai kesana.... ahahaha, jadi now komment.

Sempat penasaran juga. Sebenarnya Robot itu apa sich? Nah untuk yang lebih jelas kita bisa googling-googling...

Sedikit yang saya ketahui akhirnya...

Asal-mula robot; Dahulu kala robot diciptakan dengan tujuan untuk menolong manusia. Kata robot sendiri berasal dari kata Robota yang berarti pekerja dalam bahasa Chech (Ceko). Robot digunakan untuk menggantikan fungsi manusia dalam menjalankan tugas yang berat, berbahaya, serta pekerjaan yang berulang dan kotor. Pada awalnya robot masih sangat sederhana dengan bentuk dan fungsi yang masih terbatas, sedangkan saat ini, secara sadar atau tidak, robot memang telah hadir di dalam kehidupan manusia dalam bentuk yang bermacam-macam dan berbagai fungsi.

Tentang robot; Robot adalah sebuah alat mekanik yang dapat melakukan tugas fisik, baik menggunakan pengawasan dan kontrol manusia, ataupun menggunakan program yang telah didefinisikan terlebih dulu (kecerdasan buatan). Suatu mesin dikatakan sebagai robot jika mesin tersebut dapat diprogram untuk melakukan suatu aktivitas tertentu dan pemrograman bisa dilakukan berulang-ulang (re-programmable), kemudian mesin mampu mengekstrak informasi dari lingkungannya dan menggunakan pengetahuan tentang lingkungannya untuk beraksi secara aman dengan cara yang sesuai yang diinginkan oleh pemrogrammnya, bersifat otomatis atau mampu beroperasi tanpa supervisi langsung dari manusia, memiliki bagian yang disebut manipulator yang terdiri dari link (rangka – seperti tulang pada tubuh manusia) dan joint (engsel – penghubung antar link). Link pada ujung manipulator disebut end effector yang digunakan robot untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan bisa berbentuk alat untuk memegang atau sebuah alat lain. End-effector bisa dianalogikan sebagai tangan manusia. Selain itu mesin tersebut memiliki unjuk kerja seperti Resolusi atau perubahan gerak terkecil yang dapat diperintahkan oleh sistem kontrol pada lingkup kerja manipulator. Akurasi atau besarnya penyimpangan/deviasi terhadap masukan yang diketahui, Repeatability atau kemampuan robot untuk mengembalikan end effector (pemegang/griper) pada posisinya semula, dan terakhir Fleksibilitas yang merupakan kelebihan yang dimiliki oleh robot secara umum jika dibandingkan dengan mesin konvensional.

Sumber: http://the-red-devils-girl.blog.friendster.com/2009/03/melihat-sisi-lain-fungsi-robot/

Bangga tidak jadi Warga Negara Indonesia


"Bangga tidak jadi Warga Negara Indonesia?" sumua punya jawaban masing-masing. Kebanyakakan pasti bangga sangat jadi warga negara indonesia. "Saya pun bangga juga..."

Tapi kalau hobby saya yang suka baca novel. Sepertianya inilah kenyataan. Sepertinya seniman jauh bisa dipercaya. Yang ada didalam tuliasanya membuktikan kebenaran lewat jalan yang tak diduga.

"Suka banget baca Buku Novel Karya ‘Kang Abib.’ Inilah kenyataannya pada bangsaku; Apakah Anda salah satu penggemar berat novel berjudul Ayat-Ayat Cinta?" Ketika diakhir cerita tokoh utamanya bernama Fahri mendapat fitnah dari seorang gadis mesir? Seperti ini penggalan ceritanya;

Kata-kata staf konsuler KBRI itu membuat hatiku ciut. Aku tiba-tiba ingin jadi warga negara Amerika saja. Jika aku warga negara Amerika pasti polisi Mesir tidak berani berbuat macam-macam. Menyentuh kulitku saja mereka tidak akan berani apalagi mengancam hukuman gantung. Jika aku jadi warga negara Amerika, mungkin seandainya benar-benar memperkosa pun, tetap selamat. Sebab presiden Amerika akan ikut bicara membela warganya seperti ketika Clinton membela warganya yang dicambuk di Singapura. Lain Amerika lain Indonesia. Apa yang dibela oleh presiden Indonesia kalau bukan jabatan dan perutnya sendiri? Mana mungkin dia mendengar rintihan dan rasa sakitku dicambuk tiap pagi dan membeku kedinginan di bawah tanah dalam musim dingin yang membuat tulang ngilu? Apalagi diriku yang jauh di Mesir. Sedangkan ribuan gadis Indonesia dijual, dirobek-robek kehormatannya, dan diperlakukan seperti binatang di Singapura (dan Malaysia) saja presiden diam saja? Kapan dalam sejarahnya ada Presiden Indonesia membela rakyatnya? Kecuali Soekarno di zaman mempertahankan kemerdekaan.

“Namun! Kenapa Aku jadi malu jadi orang Indonesia?” Negara yang BESAR. Perairan yang membentang dari Sabang sampai Maoreke. Daratannya terluas daripada Malaysia apalagi Singapura, penduduk nomor 4 terbanyak. Kekayaan alam dan mineral jangan ditanyakan lagi, tanah yang subur, dan kekayaan laut yang tak ada tandingannya didunia. Negara ini, terkaya didunia lho? Namun, Pemerintahan dan Pemimpinan seperti inilah hasilnya kerjanya selama ini. Tak membuat kesejahteraan rakyat banyak. Membuat bangsaku dipandang sebelah mata diluar negeri. Kapan 'aku' bangga jadi orang Indonesia seperti yang di cita-cita nenek moyangku terdahulu?